“TO BU’ TU RI TALLANG”
D
|
i daerah paling utara
kabupaten enrekang terdapat sebuah kampung yang bernama bungin. Di kampung ini
melegenda sebuah cerita rakyat, TO BU’ TU RI TALLANG. Sebuah cerita rakyat yang
menceritakan ketika oppuriajeng, putra mahkota dari kerajaan luwu pergi berguru
kehutan Balla. Disana opuriajeng melihat
seekor babi hutan berkaki tiga.
Lalu babi tersebut berlagi kedaerah
mese. Rombongan opuriajeng memburu babi
namun babi tersebut menuju pasaran wilaya perbatasan luwu enrekang.
Oppuriajeng terus memburu babi tersebut. Pada saat tibah di panggullungan,
oppuriajeng membuat tali dari rotan yang akan digunakan sebagai perlengkapan.
Setelah itu ia memburu kealah kolo
lalu kedante mabu. Di tempat ini ia
kehilangan jejak Binatang buruannya.
Tidak lama, babi berkaki tiga di temukan di botto mila. Para pegawal dan
anjingnya turut berlari membunuh babi itu, ya namun babi tersebut telah
menceburkan diri ke sungai dan hanyut bersama derasnya air sungai kabang.
Kemudian babi naik ke daratan di
puang endek. Di tempat ini pun opuriajeng berhasil menebas salah-satu kaki babi
sehingga tersisah hanya dua. Meskipun kaki babi telah ditebas hingga putus.
Babi masi dapat berlari. Opuriajeng juga tidak tinggal diam ia berhasi menebas
lagi kaki babi tersebut. Sekarang kaki babi hanya satu.
Setelah itu para pengawal menangkap
dan menyembeli babi yang hanya berkaki satu. Babi itu di bawa ke buntu tallang,
daerah yang banyak ditumbuhi bambu apus.
Setibanya di sana, babi akan di masak
aakan tetapi tidak ada sumber air yang
terlihat. Oppuriajeng lalu menancapkan tongkatnya hingga muncullah mata air
dari lubang tombak. Selanjutnya para pengawal bermaksud menebang bambu apus
yang akan di gunakan sebagai penusuk daging.
Namun pada saat akan di tebang
terdengar suara . “iaraka mu ta’bang
na’ dakuraka indomu sanngampali matariallo malepong bulan”.
Pernyataan ini terdengar hingga tiga
kali kedua pengawal menyampaikan hal tersebut kepada oppuriajeng. Kemudian,
oppuriajeng mencoba menebeng lalu ia pernyataan yang sama.
Mendengar pernyataan itu, oppuriajeng
menyatakan, “lakuba’bangmoko lako anak datuk riluwu” “ia muta’bangna ajanni duangka’ pajiong luan
buku ajanto’i jo oluan bukungku” suara yang terdengar dari bambu itu.
Selanjutnya opuriajeng melaksanakan
sesuai permuntaan dari bambu itu tak lama setelah bambu itu roboh keluarlah
gadis cantik dari dalam bambu. Konon, ia bernama to’ buturi tallang.
Oppuriajeng dan gadis itu mulai berbincang-bincang. Lelaki dari tana luwu’ ini
milai menanyakan tentang asal usul gadis tersebut.
Katanya ia bnerasal dari pallial (
daera kalumpini ) ia adalah putri bungsu puang palli namun ia dilahirkan lebih
cepat dari waktunya. Olehnya itu, orang tuanya memasukkan gumpalan darahnya
kedalam bambu apus. Bambu itu hanya terbawa air ketika banjir melanda kaum nabi
nuh. Didalam bambu itulah ia tumbuh dewasa.
Akhirnya, oppuriajeng memperistri to bu’turi tallang. Mereka hidup
bahagia dan menetap di salonga. Pada sata to’ buturi tallang hamil tiga bulan,
oppuriajeng kembali ketanah luwuk menjenguk orang tuanya, sedang kan istrinya
ditinggalkan di salongan bersam dua pengawal dan dua orang anjing.
Enam bulan berlalu to’ buturi tallang
melahirkan anak pertamanya. Ia diberi nama sairina. Setelah itu ia menyusul
suaminya ketanah luwuk. Memasiki wilaya
passaran, to’buturi tallang meninggalkan putrinya diatas kayu yan di temani
busa, pa’ landro, anjingnya sedangkan
balibong ikut to’ buturi tallang ke tanah luwuk.
Setibanya di tanah luwuk ia menuju
ke saratu ariri ( istana datu’ luwu’ )
dan bertemu dengan suaminya. Oppuriajeng memperhatikan pisik istrinya seperti baru saja bersalin, ia
menanyakan kelahiran putrinya. To’ buturi tallang membenarkan bahwa dirinya
telah melahirkan seorang anak perempuan. Kini,
anak itu masi di passaran. Mendengar to’ buturi tallang oppuriajeng
mengirim prajuritnya untuk menjemput anaknya
.
Setelah prajurit datang membawa
putrinya, diadakanlah ritual keselamatan. Selanjutnya mereka kembali kesalongan
dan hidup menetap disana hingga akhir hayatnya.
Dirywayatkan oleh
: siswandy
Balla
Saya adalah salah satu dari cucu yang bernama To Assa yang di dalam cerita ini bagian dari kehidupannya. Memang sangat menarik apa yang pernah diceritakan oleh nenek dan bapak saya tentang asal usul kampun Bungin.
BalasHapus