Selasa, 27 Maret 2012

LAJANA PINTAS LAJANA


“LAJANA PINTAS LAJANA”



A
da seorang anak lelaki yang bernama lajana. Ia memiliki seorang adik perempuan yang bernama Biduk. Mereka adalah keluarga yang serba kekurangan.
 Namun demikian lajana lebih memilih makan dan tidur setiap hari. Kini usia lajana beranjak dewasa, teman sepermainannya telah banyak yang berkebun dan bersawah. Berbeda dengan lajana yang tidak juga memperlihatkan kedewasaannya. Ia sangat malas bekerja apalagi membantu ibunya mengurus adiknya.
Pada saat lajana di lahirkan, asa baru buat ibunya, ia sangat berharap pada anak lelekinya itu kelak dapat membentu menghidupi kelurga mereka. Tetapi harapan itu belum juga nyata. Lajana sangat malas sedangkan ibunya terus bekerja, ia takkenak lelah. Siang dan malam bagi ibunya adalah sesuap nasi untuk buah hatinya lajana dan biduk.
Melihat tingkah lajana yang tidak berubah ibunya semakin bingung. Setiap saat ibunya memohon kepada anak sulungnya agar mau membantu kebutuhan keluarga, apakah lagi kehidupan keluarga mereka semakin hari semakinmemilukan.
Suatu pagi yang menyedihkan, ibu lajana hendak memesak tetapi sebutir beras pun tak ada. Apalagi laup dan sayur. Ibunya yang lelah tua memohon-mohon bahkan dengan cucuran air mata kepada lajana agar mau berbuat sesuatu untuk keluarganya.
Beberapa saat kemudian, lajana memenggil ibunya. Mendengar suara lajana ibunya sangat bahagia ia yakin anaknya telah sadar dan tidak malas lagi seperti kemarin-kemarin.
“ ibu.....  saya mau bekerja. Saya akan menbajak sawah” kata lajana.
“ benar ? “tanya ibu kegirangan.
“tapi, ibu harus menyiapkan beras ketan dan dua ekur ayam untuk saya dan teman-teman yang akan membantu membajak sawa” akal bulus lajana.
“untuk apa,? Beras untuk makan saja tidak ada apalagi beras katan dan ayam” jawab ibunya.
Mereka saling bertatapan sejenak, lalu ibunya berkata “baiklah kalau itu maumu anakku. Saya akan penuhi permintaanmu” kunci ibunya.
Setelah perbincangan tersebut, ibunya langsyng kerumah tetangganya untuk meminjam beras ketan dan mencari ayam. Ibunya tidak ragu untuk meminjam karna sangat yakin bahwa anaknya telah sadar  dan mau bekerja. Setelah beras ketan dan ayam telah ada, ia mulai memesak dengan perasaan bahagia.
Setelah semuanya usai ibunya mengantarkan makanan itu ke sawah yang letaknya jauh dan harus menyebrangi sungai. Setibah di pinggir sungai, ternyata lajana suda menunggu, karna tidak in gin ketehuan lajana melarang ibunya ikut menyebrang sungai dengan alasan sungainya dalam dan berbahaya.untuk meyakinkan ibunya, ia menyebrangi sungai sambil melipat kakinya seolah-olah sungai itu sangat dalam. Meski tidak sampai kesawah, ibunya sangat bahagia karena anaknya telah berusaha. Sementara itu lajana sangat bahagia karna makanan yang di bawa ibunya bisa ia makan sendiri.
Beberapa bulan kemudian, area persawahan di sekitar sawah lajana telah menguning. Tiba saatnya  padi itu di ketam. Lagi lagi dimampaatkan lajana. Apa lagi orang-orang kampung akan berlomba-lomba untuk mengetam padinya masing-masing.
Perempuan-perempuan desa akan melakukan yang sama. Mereka akan beramai-ramai mengantarkan makanan ke sawah. Jika matahari tepat  diatas kepala, lajana akan segerah menuju semak  belukar yang akan menakutinya sehingga mereka berlarian dan meninggalkan makanannya dan akhirnya makanan tersebut dimakan oleh lajana seorang diri.
Tidak hanya sampai disini akal busuknya. Jika malam tiba, lajana akan mencuri padi yang di simpan pada gubuk orang lain dan membawanya pulang. Setibah di rumah ibunya sangat gembira karna kerja lajana telah membuwakan hasi.
Padi itu akhirnya di olah dan di masak oleh ibu dan adik perempuannya. Mereka pun menikmati nasi tersebut tampa sayur dan laup. Melihat keadaan itu, lajana kembali melancarkan akalnya. Ia kembali bersembuny di semak yang akan dilewati petani sayur atau pedegang sayur. Jika orang yang membawa sayur telah dekat, ia akan menakutinya sehinga akan berlari dan meninggalkan barang bawaanya.
Hal yang sama juga ia lakukan di pinggir sungai. Lajana akan berbuat sesuatu untuk mengambil ikan para nelayan yang telah berhasil pancingnya. Setiap kembali dari kebun lajana membawa sayur dan ikan untuk keluarganya. Dengan yakin ia mengakalkan bahwa sayur itu dari pematang sawah dan laup itu dari sungai yang ia pancing sendiri. Tampa curiganya, ibu memasak sayur dan laup tersebut.
Pagi itu lajana tidak kesawah karna ibunya akan kepasar brbelanja. Lajana disuruh ibu untuk menjaga adiknya biduk. Sebenarnya lajana tidak suka pada anak kecil apalagi jika ia rewel. Lalu lajana berpikir agar adiknya tenang dan tidak merangkak kesana kemari. Ia akhirnya menempel kedua mata adiknya sehingga adiknya tidak bisa melihat.
Sepulang dari pasar, ibunya sangat  panik melihat mata biduk yang tertutup terus, lajana lalu menyarankan kepada ibunya memanggil dukun dan menyiapkan makanan enak.
Lajana ternyat belum berubah. Ia menyamar jadi dukun dengan sarung dan aksesoris lainnya lajana pura-pura mulutnya komat-kamit layaknya dukun. Setelah itu, ia menghabiskan makanan yang telah disajika ibunya. Ia makan terlalu banyak sehingga ia mengantuk  dan ketiduran. Al hasil, ibunya membuka sarung dan ditemukanlah sosok anaknya yang selalu mengelabuhinya. Akibat perpuatan si lajana, masyarakat sangat resah dan ibunya tidak bisa berbuat apa-apa.

Diriwayatka oleh : Abdul japa

1 komentar: