MATERIALITAS
DAN
RESIKO AUDIT
Pendahuluan
Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan
dengan penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta
tercermin dalam laporan auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat
fundamental bagi perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit. Risiko
audit dan materialitas , bersama dengan hal-hal lain, perlu dipertimbangkan
dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi
hasil prosedur.
Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas
sebagai :
“Besarnya suatu
penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang
mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.”
Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan
yang berhubung dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang
diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah
diaudit. Karena tanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji
secara material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang material,
menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi.
Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau
keseluruha, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai
dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan
beberapa hal lainnya adalah tidak penting. Auditor mengikuti lima langkah yang
saling terkait erat dalam menerapkan materialitas.
Pentingnya Konsep Materialitas
Dalam Audit Atas Laporan Keuangan
Dalam audit
atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau
pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah
akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang
terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua
transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi
secara semestinya ke dalam laporan keuangan.
Oleh karena
itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan
(assurance) sebagai berikut:
- Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi.
- Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
- Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan.
Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh
auditor yaitu: konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah
sajinya dan konsep risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan
auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi
salah saji material.
Menetapkan
Pertimbangan Awal Materialitas
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan
dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika
sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Keputusan tersebut
disebut sebagai pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. Karena, meskipun
merupakan pendapat professional , hal itu mungkin saja berubah selama
penugasan. Pertimbangan ini harus didokumentasikan dalam file audit.
Faktor-faktor yang akan
mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang materialitas untuk seperangkat
laporan keuangan tertentu:
1.
Materialitas
adalah konsep yang bersifat relatif ketimabang absolut
Salah saji material bagi suatu
perusahaan belum tentu material juga bagi perusahaan lain.
2.
Dasar yang
diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
Karena materialitas bersifat relative,
diperlukan dasar untuk menentukan apakah salah saji itu material. Laba bersih
sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama untuk menentukan berapa jumlah
material bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap
sebagai item informasi yang penting bagi para pemakai.
3.
Faktor-faktor
kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas, contoh :
Ø Jumlah karena
ketidakberesan lebih penting daripada kekeliruan yang tidak disengaja karena ketidakberesan
mencerminkan kejujuran dan keandalan dari pihak manajemen atau pihak yang
terlibat.
Ø Kekeliruan yang kecil dianggap material
jika berhubungan dengan kewajiban kontrak.
Ø Kekeliruan yang tidak material dapat menjadi material
kalau mempengaruhi kecenderungan laba.
Dalam
perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini :
a.
Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup
laporan keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam
melakukan pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap tingkat dijelaskan
berikut ini :
1.
Materialitas pada
Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, kedua pada saat mengevaluasi
bukti-bukti audit dalam pelaksanaan audit. Pada saat merencanakan audit,
auditor perlu membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang
terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh
auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan
kewajaran laporan keuangan. Jadi auditor harus mempertimbangkan dengan baik
penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit. Jika auditor menentukan
jumlah materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha
yang sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika auditor menentukan jumlah
rupiah materialitas terlalu tinggi auditor akan mengabaikan salah saji yang
signifikan sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk
laporan keuangan yang sebenarnya berisi salahsaji material.
Laporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan
atau kecurangan yang dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan. Dalam
perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu
tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya
setiap laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu materialitas.
2.
Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah
saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai
salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidakboleh
dicampur adukan dengan saldo akun material. Karena saldo akun material adalah
besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keungangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas
lebih saji dalam akun tersebut.
Dalam
mempertimbangakan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas
laporan keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit
guna mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual
namun, jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat
material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
3.
Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
Bila pertimbangan awal auditor tentang
materialitas laporan keuangan di klasifikasikan, penaksiran awal tentang
materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan
materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. Pengalokasian ini
dapat dilakukan baik untuk akun neraca maupun akun laba-rugi. Namun, karena
hampir semua salah saji laporan laba rugi mempengeruhi neraca dan karena akun
neraca lebih sedikit banyak auditor melakuan alokasi atas dasar akun neraca.
Dalam melakukan alokasi, auditor harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan
biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.
Estimasi Salah
Saji Dengan Pertimbangan Awal
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen
audit, auditor membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang
ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi 2
jenis,
1.
Salah Saji yang
Diketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh
auditor.
2.
Salah Saji yang
Mungkin.
Perhitungan
proyeksi langsung estimasi salah saji :
Salah saji bersih dalam sampel
* Total nilai populasi
Total Sampel
yang
tercatat
RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit.
Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit,
risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan
atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan
saldo akun secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk
membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada
akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan
keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.
Risiko Audit Pada Tingkat Laporan
Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor
mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi
menjadi dua bagian :
1.
Risiko Audit Keseluruhan (Overall
Audit Risk)
Pada tahap perencanaan auditnya,
auditor pertama kali harus menentukan risiko audit keseluruhan yang
direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh auditor
dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal
kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.
2.
Risiko Audit Individual
Karena audit mencakup pemeriksaan
terhadap akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus
dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu
ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat penting
karena besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.
Model Resiko Audit
PDR =
AAR/(IR*CR)
IR x CR
PDR = Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection
Risk )
AAR = Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk )
IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk )
CR = Risiko pengendalian ( Control Risk )
·
Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection Risk )
Yaitu bahwa
bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang
melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul.
·
Risiko Bawaan ( Inherent Risk )
Penetapan
auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati
batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian
intern.
·
Risiko pengendalian ( Control Risk )
Yaitu ukuran
penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen
audit yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh SPI
klien.
·
Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk )
Yaitu ukuran
ketersediaan auditor untuk menerima bahwa L/K salah saji secara material
walaupun audit telah selesai dan pendapat WTP telah diberikan. Bersifat
subyektif.
Risiko Bawaan
· Model risiko
audit mengandung risiko bawaan berarti auditor harus memprediksi dimanakah
salah saji yang paling mungkin terjadi dan dimana yang kemungkinannya paling
kecil. Informasi ini jumlah bahan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana
auditor mengalokasikannya pada segmen-segmen audit.
· Risiko bawaan
dapat relatif rendah pada kasus tertentu dan cukup tinggi pada kasus lain.
· Faktor-faktor
yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan :
* Sifat
bidang usaha klien
|
* Hubungan
istimewa
|
* Integritas
manajemen
|
* Transaksi
tidak rutin
|
* Motivasi
klien
|
*
Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat
|
* Hasil audit
sebelumnya
|
saldo akun
dan transaksi secara benar
|
* Penugasan
pertama atau penugasan ulang
|
* Kerentanan
terhadap kecurangan
|
* Unsur-unsur
populasi
|
Mengubah risiko
audit yang dapat diterima untuk risiko usaha
Faktor-faktor
yang mempengaruhi risiko usaha sehingga akan mempengaruhi risiko audit yang
dapat diterima :
- Tingkat ketergantungan pemakai pada L/K
Jika pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada L/K,
maka risiko audit perlu diperkecil. Faktor yang menunjukkan tingkat
ketergantungan :
·
Ukuran
perusahaan klien
·
Distribusi
kepemilikan
·
Jumlah dan
sifat kewajiban perusahaan
2.
Kemungkinan
akan adanya kesulitan keuangan klien yang timbul setelah laporan audit
diterbitkan.
Dalam hal ini, auditor akan diminta untuk mempertahankan
kualitas audit yang dilaksanakannya, bahkan kemungkinan akan dituntut di
pengadilan. Jika auditor merasa ada kemungkinan kegagalan finansial atau
kerugian besar dan peningkatan risiko usaha, sebaiknya auditor menurunkan AAR
- Evaluasi auditor atas integritas manajemen.
Jika integritas dipertanyakan maka AAR akan rendah. Jika integritas rendah,
sering timbul konflik dengan pedagang saham, konsumen, dan aparat negara
sehingga akan mempengaruhi anggapan pemakai atas kualitas audit dan dapat
menyebabkan tuntutan
Menetapkan risiko
audit yang dapat diterima.
- Menyelidiki kondisi klien, menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan pemakai ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan keuangan setelah audit selesai, dan integritas manajemen.
- Auditor menetapkan tingkat risiko sementara yang bersifat subyektif bahwa L/K berisi salah saji material setelah audit selesai.
- Kemungkinan memperoleh informasi tambahan mengenai klien dan memodifikasi AAR.
Mengevaluasi Hasil
Model risiko
audit untuk mengevaluasi hasil audit sesuai SAS 47 :
AcAR
= IR x CR x AcDR
AcAR = Risiko audit
yang dicapai (Achieved Audit Risk )
Yaitu satu
ukuran risiko yang diambil audit bahwa satu akun dalam L/K secara material
salah saji setelah auditor mengumpulkan bahan bukti audit.
IR
= Risiko bawaan ( Inherent Risk )
Yaitu faktor
risiko bawaan yang telah direvisi selama audit.
CR =
Risiko pengendalian ( Control Risk )
Yaitu risiko
pengendalian yang telah direvisi.
AcDR =
Risiko penemuan yang dicapai ( Achieved Detection Risk )
Yaitu satu
ukuran dari risiko bahwa bahan bukti audit untuk satu segmen tidak mendeteksi
salah saji melebihi jumlah yang dapat ditoleransi, jika salah saji tersebut
ada.
Auditor dapat
mengurangi penemuan yang dicapai hanya dengan mengumpulkan bahan bukti.
Contoh : Jika risiko
audit yang dapat dicapai (AcDR) 4%, berarti ada 4% risiko bahwa saldo akun
persediaan mengandung salah saji lebih dari salah saji yang dapat ditoleransi.
Keadaan yang
diinginkan jika AcAR <= AAR
Merevisi Risiko
dan Bahan Bukti
- Auditor harus berhati-hati dalam memutuskan bahwa berdasarkan bahan bukti yang telah dikumpulkan penetapan CR atau IR semula terlalu kecil atau AAR terlalu besar. Tindakan yang dapat diambil oleh auditor :
- Penetapan risiko harus direvisi.
- Auditor harus memperhitungkan efek perubahan ini terhadap jumlah bahan bukti yang disyaratkan, tanpa menggunakan model risiko audit.
Hubungan Antara Materialitas,
Risiko, Audit, Bukti Audit
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko
audit digambarkan sebagai berikut :
- Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
- Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
- Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
a. Menambah
tingkat materialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
b. Menambah jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
c. Menambah
sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama.
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RISIKO :
·
Efektivitas pengendalian
Intern
·
Keandalan yang direncanakan
|
·
Sifat usaha klien
·
Integritas manejemen
·
Motivasi klien
·
Hasil audit sebelumnya
·
Penugasan pertama atau penugasan ulang
·
Hubungan istimewa
·
Transaksi tidak rutin
·
Pertimbangan yang diperlukan
·
Kerentanan terhadap kecurangan
·
Unsur-unsur populasi
|
Risiko Bawaan
|
Risiko
Pengendalian
|
Risiko Penemuan yang
Direncanakan
|
Bahan Bukti yang
Direncanakan
|
Risiko Audit yang
Dapat Diterima
|
·
Tingkat ketergantungan pemakai ekstrn
terhadap laporan keuangan
·
Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan
·
Integritas manajemen
|
Disusun
Oleh :
Ø SISWANDI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar